BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan kehamilan atau masa gestasinya
dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40 minggu. Bayi baru lahir normal
harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam rahim (intrauterine) ke
kehidupan di luar rahim (ekstrauterin).
Pemahaman
terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar
dalam memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang
menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir
normal. Penatalaksanaan dan mengenali kondisi kesehatan bayi baru lahir resiko
tinggi yang mana memerlukan pelayanan rujukan/ tindakan lanjut.
Sebagai
seorang tenaga kesehatan, bidan
harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi bayi
baru lahir (BBL). Hal ini sebagai
dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi
dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara
fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem
sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk
mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan
setiap penyakit /infeksi.
Oleh karena hal tersebut di atas lah kami
menyusun makalah yang bejudul “ADAPTASI
FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR”.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1
Tujuan Umum
a. Untuk
mengetahui gambaran secara umum tentang adaptasi fisiologis fetus dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
b. Untuk meningkatkan kemampuan bidan yang ingin
menjadi bidan professional untuk berfikir kritis dan untuk meningkatkan wawasan
mahasiswi kebidanan tentang Transisi kehidupan Fetus dari Intrauterine dan Ektrauterine.
.2.2 Tujuan
Khusus
a. Untuk memahami apa itu adaptasi
fisiologis fetus dari intrauterin ke ekstrauterin.
b.Untuk mengetahui apa saja perubahan
fisiologis yang terjadi pada fetus dari intrauterin ke ekstrauterin.
c. Untuk
memahami tentang bayi baru lahir serta gangguan yang mungkin terjadi pada bayi
baru lahir.
1.2.3 Manfaat
a. Mampu
memahami apa itu adaptasi fisiologis fetus dari intrauterin ke ekstrauterin.
b. Mampu
mengetahui apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada fetus dari
intrauterin ke ekstrauterin.
c. Mampu
memahami tentang bayi baru lahir serta gangguan yang mungkin terjadi pada bayi
baru lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
a.
perkembangan sistem organ fetus
Sekitar
1 bulan setelah fertilisasi ovum, semua organ fetus telah terbentuk
sebagian (minimal) dan selama dua tiga bulan keempat organ-organ fetus sama dengan organ
neonatus. Perkembangan struktur organ yang lebih kecil (struktur sel)lebih baik
dan memerlukan lima bulan kehamilan sisanya untuk menyempurnakan perkembangan. Bahkan ketika lahir, beberapa
struktur tertentu (sistem saraf,ginjal,dan hati) belum sempurna.
b. Pengertian Adaptasi fisiologi
fetus
Fisiologi
neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus.
Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Selain
itu, neonatus adalah indivisu yang sedang bertumbuh.
c. Pengertian adaptasi neonatal
Adaptasi
neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus kekehidupan di luar uterus.Kemampuan adaptasi
fisiologis ini di sebut juga homeostasis.Bila terdapat gangguan adaptasi, maka
bayi akan sakit. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula
berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi(Oksigen dan nutrisi)ke lingkungan eksterna (diluar
kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang
lain untuk memenuhinya.
Perbedaan
lingkungan fisik sebelum dan sesudah lahir (Timiras dalam Johnson, 1986),
adalah sbb :
Sebelum
Lahir
|
Sesudah
Lahir
|
|
1. Lingkungan
fisik
|
Cairan
|
Udara
|
2. Suhu
Luar
|
Pada
umumnya tetap
|
Berubah-ubah
|
3. Simulasi
sensoris
|
Terutama
kinestetik atau vibrasi
|
Bermacam-macam
stimulli
|
4. Gizi
|
Tergantung
zat gizi yang terdapat dalam darah ibu
|
Tergantung
tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna
|
5. Penyediaan
oksigen
|
Berasal
dari ibu ke janin melalui plasenta
|
Berasal
dari paru-paru ke pembuluh darah paru-paru
|
6. Pengeluaran
hasil metabolisme
|
Dikeluarkan
ke sistem peredaran darah ibu
|
Dikeluarkan
melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan saluran pencernaan
|
2.2
Perubahan Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen
dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas
harus melalui paru-paru bayi. Organ
yang bertanggung jawab untuk oksigensi janin sebelum bayi lahir adalah plsenta.
Selama masa kehamilan bayi mengalami banyak perkembangan yang menyediakan
infrastruktur untuk mulainya proses pernapasan. Pada masa kehamilan di
trimester II atau III janin sudah mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk
bernapas, alveoli juga berkembang dan sudah mampu menghasilkan surfaktan,
fosfolipid yang mengurangi tegangan permukaan pada tempat pertemuan antara
udara- alveoli. Ruang interstitial antara alveoli sangat tipis sehinga
memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran udara.
Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh
tegangan permukaan cairan kental yang melapisinya. Diperlukan lebih dari 25
mmHg tekanan negatif untuk melawan pengaruh tegangan permukaan tersebut dan
untuk membuka alveoli untuk pertama kalinya. Tetapi sekali membuka alveoli,
pernapasan selanjutnya dapat di pengaruhi pergerakan pernapasan yang relatif
lemah. Untungnya pernapasan bayi baru lahir yang pertamakali sangat kuat,
biasanya mampu menimbulkan tekanan negatif sebesar 50 mmHg dalam ruang
intrapleura.
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot–otot pernapasan dan
kemampuan diafragma untuk bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan
setiap inspirasi dan ekpirasi. Bayi yang baru lahir yang sehat mengatur sendiri
usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan yang tepat antar-oksigen, karbon
dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi napas pada bayi baru lahir
yang normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 30–60 kali permenit (
pernapasan diafragma dan abdomen ) apabila frekuensi secara konsisten lebih
dari 60 kali permenit, dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau
retraksi dinding dada, jelas merupakan respon abnormal pada 2 jam setelah
kelahiran.
1. Tekanan
mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik)
2. Penurunan
PaO2 dan peningkatan PaO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus
karotikus (stimulasi mekanik).
3. Rangsangan
dingin di daerah muka dan perubahan suhu di salam uterus ( stimulasi sensorik).
4. Refleks
deflasi Hering Breur.
Pernapasan pertama pada
bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir.Usaha bayi
pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,selain karena adanya
surfaktan,juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran napas dengan
merintih sehingga udara bisa gtertahan di dalam. Cara neonates bernapas dengan
cara bernapas difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya
bernapas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps
dan paru-paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalan kondisi seperti
ini(anoksia), neonatus masih mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan
metabolism anaerobik.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjut sampai sekitar
usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan
III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum
usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang
berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2)
Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
3)
Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah
bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi
gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah
frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan
upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan
pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1). Mengeluarkan
cairan dalam paru-paru
2). Mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar
alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin
/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai
paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah
untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak
adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan
lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres
pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju
udara
Bayi
cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir
selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru.
Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada
dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara
memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan
dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e. Fungsi sistem
pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi
yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru
akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah
yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga
menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan
aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi
janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2.3 Perubahan Pada Sistem Sirkulasi
Penyesuaian sirkulasi sangat memungkinkan aliran darah yang
adekuat melalui paru adalah satu faktor penting selain mulainya pernapasan
ketika lahir. Oleh karena itu paru tidak berfungsi terutama selama kehidupan
fetal,maka jantung fetus tidak perlu memompa banyak darah melalui
paru.sebaliknya jantung fetus harus memompa darah dalam jumlah besar melalui
plasenta. Sebagian besar darah yang masuk ke atrium kanan dari vena kava
inferior langsung berjalan lurus melalui permukaan posterior atrium kanan dan
kemudian melalui foramen ovale langsung masuk ke dalam atrium kiri. Jadi, darah
yang di ogsigenisasi baik dari plasenta masuk
ke sisi kiri jantung bukan ke sisi kanan jantung dan dipompa oleh ventrikel
kiri terutrama ke dalam pembuluh darah kepala dan anggota gerak bawah.
Darah yang masuk atrium kanan dari vena kava superior
langsung berjalan turun melalui katup trikuspidalis masuk ke dalam ventrikel
kanan. Darah ini terutama darah deoksigenisasi dari daerah kepala fetus, dan
dipompa oleh ventrikel kanan masuk ke dalam arteria pulmonalis, kemudian terutama
melalui duktus arteriosus masuk ke dalam aorta desenden dan melalui arteria
umbilikalis masukke plasenta, tempat darah deoksigenisasi mengalami
oksigenisasi.
2.4 Sistem Sirkulasi dan Hematologi
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat
tahanan pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan vascular
sistemik) hanya 10% dari keluaran ventrikel kanan yang sampai paru, sedangkan
sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri melalui duktus arteriosus bottali.
Pada waktu
bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical
cord dipotong/dijepit),tekanan atrium kanan menjadi rendah,tahanan pembuluh
darah sistemik(SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang,tahanan
vascular paru menyebabkan penutupan foramen ovale menutup setelah beberapa
minggu,aliran darah di duktus arteriosus bottali berbalik dari kiri ke kanan.
Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan duktus arteriosus secara
fisiologis terjadi pada umur bayi 10-25 jam yang di sebabkan kontraksi otot
polos pada akhir atreri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang
sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi,dan kelebihan volume juga sangat
kurang untuk di toleransi. Manajemen cairan pada neonatus harus dilakukan
dengan cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indicator yang baik untuk
menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan sebagai parameter yang adekuat
terhadap penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir
tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130 mmHg. Frekuensi
nadi bayi rata-rata 120x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60mmHg.
Perubahan
pada Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru
untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke
jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus
terjadi dua perubahan besar, yaitu sebagai barikut :
Sistem sirkulasi darah janin yaitu melalui,
a. Vena umbilical
1. Berasal dari korda umbilika ke sisi
bawah hati dan bawah darah kaya akan oksigen dan nutrisi.
2. Vena ini punya satu cabang yang
menghubungkan vena porta dan menyuplai hati.
b. Ductus Venosus (dari vena ke vena)
1. Menghubungkan vena umbilikal ke vena
cava inverior.
2. Pada titik ini, darah tercampur
dengan darah deogsigenasi yang kembali dari bagian bawah tubuh.jadi, darah
terogsigenasi dengan baik .
c. Foramen ovale
1. Foramen ovale adalah lubang
sementara antara atrium yang merupakan jalan masuk mayoritas darah dari vena
cava inferior menyebrang ke dalam atrium kiri.
2. Alas an pengalihan ini adalah darah
tidak perlu melalui paru-paru untuk mengumpulkan oksigen.
d. Duktus arteriosus (dari arteri ke
arteri)
Duktus
dari arah dua percabangan arteri pulmoner ke aorta desenden, masuk ke titik
dibawah tempat terdapat arteri subklavia dan arteri carotid.
e. Arteri hipogastik
Percabangan
dari arteri iliaka interna dan jadi arteri umbilikal saat percabangan ini masuk
ke korda umbilical.Percabangan ini megembalikan darah ke plasenta. Darah perlu
waktu 1,5 menit untuk bersikulasi dan melalui perjalanan berikutnya.
Adaptasi ke kehidupan ekstrauterin
a.
Setelah
anak lahir anak bernapas untuk pertama kalinya.maka, terjadilah penurunan
tekanan dalam arteri pulmonalis sehingga banyak darah yang mengalir ke
paru-paru.
b.
Ductus
arteriosus tertutup satu sampai dua menit setelah anak bernapas
c.
Dengan
terguntingnya tali pusat, darah dalam vena cava inferior berkurang. Dengan
demikian, tekanan dalam atrium atau serambi kanan berkurang.
d.
Sebaliknya,
tekanan dalam atrium kiri bertambah sehingga menyebabkan penutupan voramen
ovale.
e.
Sisa
ductus arteri menjadi ligamentum arteriosus.
f.
Sisa
ductus venosus menjadi ligamentum teres hepatic.
g.
Arteri
umbilikal menjadi ligamentum pesikoumbilical lateral kiri dan kanan.
Struktur anatomi khas sirkulasi fetal, paru tidak berfungsi
selama kehidupan fetal dan hati hanya berfungsi sebagaian, maka tidak perlu
bagi jantung fetus untuk memompa banyak darah baik melalui paru atau hati.
Sebaliknya jatung fetus harus memompa darah dalam jumlah yang besar melalui
plasenta. Oleh karena itu, susunan anatomi sistem sirkulasi fetal bekerja
sangat berbeda dengan sistem sirkulasi orang dewasa.
- Peredaran darah
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta
melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian lainnya langsung ke
serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah di
pompa melalui aorta ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah di
pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta.
Setelah bayi lahir, paru akan
berkembang yang akan mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang
diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan
tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan
hal tersebutlah yang membuat foramen ovale secarafungsional menutup. Hal ini
terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru
turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia
(PaO2 yang naik) serta duktus arteriosus yang berobliterasi. Hal ini terjadi
pada hari pertama.
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4-5
liter per menit/m² (gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama
rendah yaitu 2,96 liter/menit/m² dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54
liter/m²) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir di
pengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfuse plasenta yang pada jam-jam
pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira
85/40 mmHg.
·
Transisi
Pada Darah
Pada umumnya bayi baru lahir ( BBL) dilahirkan dengan nilai
hemoglobin ( Hb) yang tinggi. Hemoglobin F adalah Hb yang dominan pada periode
janin, namun akan lenyap pada satu bulan pertama kehidupan selama beberapa hari
pertama. Nilai Hb akan meningkat sedangkan volume plasma akan menurun,
akibatnya hematokrit normal hanya pada 51 – 56% neonatus. Pada saat kelahiran
meningkat dari 3% manjadi 6% , pada minggu ke-7 sampai ke-9 setelah bayi baru
lahir akan turun perlahan. Nilai Hb untuk bayi berusia 2 bulan rata-rata 12
g/dl.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hemoglobin pada bayi
baru lahir :
1. waktu pengkleman tali pusat. Penundaan pengkleman tali
pusat dapat meningkatakan volume darah neonotus 25-40% , keuntungan penundaan
pengkleman :
a. Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler baru
b. Berlanjutnya bolus darah teroksigenasi selama nafas
pertama yang tidak teratur.
2. Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat membuat
penutupan struktur janin.
3. Posisi bayi baru lahir segera setelah lahir
Sedangkan darah merah BBL memiliki umur yang singkat , yaitu
80 hari , sedangkan sel darah merah orang dewasa 120 hari. Pergantian sel yang
cepata ini menghasilkan lebih banyak sampah metabolic akibat penghancuran sel
termasuk bilirubin yang harus di metabolisme. Muatan bilirubin yang berlebihan
ini menyebabkan ikterus fisiologis yang terlihat pada bayi baru lahir. Oleh
karena itu, terdapat hitung retukulosit yang tinggi pada bayi baru lahir yang
mencerminkan pembentukan sel darah merah baru dalam jumlah besar.
Sel darah putih rata-rata pada bayi baru lahir memiliki
rentang dari 10.000 hingga 30.000/mm. peningkatan lebih lanjut dapat
terjadi pada BBL normal selama 24 jam pertama kehidupan. Pada saat menangis
yang lama juga dapat menyebabkan hitung sel darah putih mengandung granulosit
dalam jumlah yang besar.
Perbedaan
sirkulasi darah fetus dan bayi :
a.
Sirkulasi Darah Fetus
1)
Struktur tambahan pada sirkulasi
fetus
a).
Vena umbulicalis
membawa darah yang telah mengalami
deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
b).
Ductus venosus
meninggalkan vena umbilicalis sebelum
mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami
oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c).
Foramen ovale
merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat
atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra
d).
Ductus arteriosus
merupakan bypass yang terbentang
dari venrtriculuc dexter dan aorta desendens
e).
Arteri hypogastrica
dua pembuluh darah yang mengembalikan darah
dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai
ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri
hypogastica.
2)
Sistem sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis
membawa
darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena
hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior
b). Ductus venosus
merupakan cabang
– cabang dari venaumbilicalis dan mengalirkan sejumlahbesar
darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
c). Vena cava inferior
mengalirkan
darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima
darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum
d). Foramen ovale
memungkinkan lewatnya sebagian
besar darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke
atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc
sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk
memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar,
jantung dan serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi
e). Vena cava superior
mengembalikan darah dari kepala dan
ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang
dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam
venriculus dexter
f). Arteria pulmonalis
mengalirkan darah campuran
keparu - paru yang nonfungsional,yanghanya memerlukan nutrien sedikit.
g). Ductus arteriosus :
mengalirkan sebagian besar
darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok
darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior
h). Arteria hipogastrika
merupakan
lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan
mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah
maternal.
b.
Perubahan yang terjadi pada saat lahir
1)
Penghentian pasokan darah dari
plasenta
2)
Pengembangan dan pengisian
udara pada paru-paru
3)
Penutupan foramen ovale
4)
Fibrosis
a).
Vena umbilicalis
b).
Ductus venosus
c).
Arteriae hypogastrica
d).
Ductus arteriosus
sirkulasi
pulmonari : vena umbilikus, duktus venosus,foramen ovale,dan duktus anteriosus.
Sirkulasi Fetus
a.
Rintangan
tinggi pada saat sirkulasi pulmonal.
b.
Rintangan
rendah pada saat sirkulasi sistemik.
Terjadinya
pergerakan darah dari sebelah kanan ke kiri.
a.
Foramen
Ovale
Tekanan arteri sebelah kiri rendah
karena darah yang kembali ke paru-paru adalah rendah dan tingginya tekanan pada
arteri sebelah kanan karena isis pada darah dari plasenta tinggi.
b.
Duktus
Arteriosus
Rintangan tinggi pada sirkulasi pulmonary. Rintanga
(resisten) rendah pada sirkulasi sistemik fetus dan fungsi prostaglandin.
Sirkulasi
Neonatal
a.
Banyak
perubahan dalam sirkulasi ketika kelahiran. Bertambahnya aliran darah pada
sirkulasi pulmonal terjadi akibat turunnya resisten pada sirkulasi pulmonal
sehingga paru-paru mengembang.
b.
Darah
vena kembali daripada jantung meningkat.
c.
Tekanan
arteri kiri meningkat,sedangkan arteri kanan berkurang mengakibatkan foramen
ovale tertutup.
d.
Resisten
sirkulasi sistemik lebih tinggi daripada resisten pulmonal dalam masa 24 jam.
Fungsi prostaglandin menyebabkan duktus arteriosus menutup.
e.
Arteri-arteri
umbilikus mengerut dan aliran darah ke plasenta berhenti.
Perubahan Sirkulasi Fetal Waktu
Lahir
a. Hilangnya aliran darah dalam jumlah
besar melalui plasenta.
Sebenarnya hal ini meningkatkan
tekanan aorta serta tekanan atrium kiri.
b. Tahapan vaskular paru sangat
menurun.
Sebagai
akibat dari pengembangan paru-paru. Pada fetus yang tidak mengembang, pembuluh
darah tertekan karena volume paru yang kecil. Segera setelah mengembang,
pembuluh darah tersebut tidak lagi tertekan dan tahanan terhadap aliran darah
berkurang.
c. Penutupan foramen ovale
Tekanan
atrium kanan yang rendah dan tekanan atrium kiri yang tinggi, secara sekunder
akan berpengaruh terhadap perubahan tahanan paru dan sistem waktu lahir
sehingga menyebabkan kecenderungan darah mengalirkan balik dari atrium kiri ke
atrium kanan bukan sebaliknya,seperti yang terjadi dalam kehidupan fetal.
Akibatnya katup kecil yang terletak diatas foramen ovale pada sisi kiri septum
atrium menutup lubang tersebut karena hal tersebut dapat mencegah aliran lebih
lanjut.
d. Penutupan duktus arteriosus
Efek
yang sama terjadi dalam hubungannya dengan duktus arteriosus karena
meningkatkan tahanan pada paru dan mengurangi trahanan pada arteri purmonalis.
Sebagai akibatnya, segera setelah lahir, darah mulai mengalir balik dari aorta
ke arteri pulmonalis bukan dengan arah sebaliknya dari aorta seperti kehidupan
fetal. Akan tetapi, hanya setelah beberapa jam dinding otot duktus arteriosus
mengadakan kontraksi nyata, dan dalam 8 hari kontraksi cukup untuk
menghentikan aliran darah. Hal ini
dinamakan penutupan fungsional duktus arteriosus. Kemudian, terkadang selama
bulan ke-2 kehidupan, biasanya duktus arteriosus tertutup secara anatomi oleh
pertumbuhan jaringan fibrosa.
Pembentukan
Sel-Sel Darah
a. Sel-sel darah berinti mulai dibentuk
pada kantung kuning telur dan lapisan mesotel plasenta sekitar minggu ke-3
perkembangan fetus. Satu minggu kemudian diikuti pembentukan sel-sel darah
merah oleh mesenkim dan endotel pembuluh darah fetus.
b. Minggu ke-6, hati mulai membentuk
sel darah.
c. Pada bulan ke-3 dan seterusnya
sumsum tulang mulai semakin membentuk sel-sel darah merah dan putih. Sementara
itu, struktur-struktur lain kehilangan kemampuannya sama sekali untuk membentuk
sel-sel darah.
2.5 Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku
mengisap dan menelan. Pada saat lahir, reflek muntah dan batuk yang matur telah
lenyap. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna sumber
makanan dari luar cukup terbatas. Sebagaian besar keterbatasan tersebut
membutuhkan berbagai enzim dan hormon pencernaan yang dapat di saluran cerna (
mulai dari mulut sampai dengan usus ).
Kamampuan absorpsi karbohidrat pada bayi baru lahir kurang
efisien, sedangkan absorpsi monosakarida ( glukosa ) telah efisien. Regurgitasi
pada bayi baru lahir disebabkan oleh sfingter jantung, sambungan esophagus
bawah, dan lambung yang tidak sempurna. Kapasitas lambung pada bayi baru lahir
cukup bulan sangat terbatas, kurang dari 30cc. hal ini di sebabkan karena usus
bayi baru lahir relatif tidak matur dan sistem otot yang menyusun organ
tersebut lebih tipis dan kurang efisien di bandingkan orang dewasa sehingga
gelombang peristaltiknya sukar untuk di prediksi. Lipatan dan vili dinding usus
belum berkembang sempurna. Sel epitel yang melapisi usus halus bayi baru lahir
tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absorpsi yang paling efektif.
Awal pemberian makan oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan
meningkatkan pergantian sel yang cepat dan produksi enzim mikrovilus. Epitel
sel yang tidak matur mempengaruhi usus untuk melindungi dirinya dari zat-zat
yang sangat berbahaya.
Pada awal kehidupan, bayi baru lahir menghadapi proses
penutupan usus ( permukaan epitel usus menjadi tidak permeable terhadap antigen
). Sebelum penutupan usus bayi akan rentan terhadap infeksi virus / bakteri dan
juga terhadap stimulasi allergen melalui penyerapan molekul-molekul besar oleh
usus. Kolon bayi baru lahir kurang efisien dalam menyimpan cairan daripada
kolon orang dewasa sehingga bayi cenderung mengalami kompilasi kehilangan
cairan, misalnya gangguan diare.
2.6 Perubahan
imunitas
Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan
tuanya kehamilan maka limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer dan
terdapat pula limfe. Sel –sel limfoid membentuk
molekul immunoglobulin gamma G yang
merupakan gabungan immunoglobulin gamma A dan gamma M. Gamma G dibentuk
paling banyak setelah 2 bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin di dapat
dari ibu melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka janin mengadakan reaksi
dengan plasmasitosis, penambahan penambahan folikel limfoid dan sintesis gamma
M immunoglobulin. Gamma A immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2
bulan dan banyak ditemukan segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus
digestifus,respiratorus,kelenjar ludah,pancreas dan traktus urogenital.
Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi
dilahirkan setara dengan keadaan flora normal dalam saluran pencernaan. Akan
tetapi bayi hanya dilindungi oleh Gamma G immunoglobulin dari ibu dan terbatas
kadarnya juga kurangnya Gamma A immunoglobulin yang menyebabkan neonatus
berkemungkinan besar rentan infeksi dan sepsis.
Sistem imunitas bayi
baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas
c. pembentukan koloni mikroba oleh klit
dan usus
d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam
lambung
Kekebalan alami juga
disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh
mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang,
artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara
efisien.
Kekebalan yang didapat
akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam
tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum
dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa
bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Bayi memiliki imunoglobulin
waktu lahir, namun keberadaannya dalam rahim terlindung membatasi kebutuhan untuk bereaksi pada kekebalan
trhadap antigen tertentu. Ada tiga macam imunoglobulin (Ig) atau antibodi
(huruf menunjukan masing-masing golongan ),yaitu IgG,igA, dan IgM. Hanya IgG
yang cukup kecil melewati pembatas plasenta , IgG merupakan golongan antibodi
yang sangat penting dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi. IgG mempunyai
kekebalan terhadap infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir, tingkat IgG
bayi sama dengan atau sedikit lebih banyak daripada ibu. Tingkat Ig ini
memberikan kekebalan pasif selama beberapa bulan kehidupan.
IgM dan IgA tidak
melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh janin. Tingkat IgM pada periode
kehamilan besarnya 20% dari IgM orang bisa dan diperlukan waktu 2 tahun untuk
dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat IgM yang relative rendah membuat
bayi rentan terkena infeksi. IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi
yang terbentuk pada sewaktu terjadi respons primer adalah golongan ini. Tingkat IgA sangat
rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama walaupun tingkat salive sekresi
mencapai tingkat oreang dewasa dalam kurun waktu 2 bulan. IgA melindungi dari
infeksi saluran pernafasan , saluran usus lambung ,dan mata. Sedangkan ,imunoglobulin jenis lainnya,
yaitu IgD dan IgE, tidak begitu berkembang pada masa awal bayi/neonatus.
2.7 Perubahan Sistem Ginjal
Bayi
baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil.
Infeksi,diare, dan pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan
asidosis dan ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi dan edema
ketidakmaturan ginnjal dapat membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk
mengeksresi obat. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat pada kandung kemih
bayi saat lahir tetapi bayi baru lahir memungkinkan tidak mengeluarkan urine
selama 12
24 jam. Berkemih sering terjadi
selama periode ini.Berkemih 6-10x dengan warna urine pucat menunjukan masukan
cairan yan cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml
per kilogram /hari.
Ginjal
janin mulai terbentuk pada kehamilan 12 minggu,dimana dalam kandung kemih telah
ada air kemih yang diekresi kedalam air ketuban.Pada bayi baru lahir,kapasitas
kandung kemih kira-kira 45 cc dan produksi air kemih rata-rata 0,05 – 0,10 cc
permenit.Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah meyebabkan retensi
cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat
menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah yang besar dan ketidak seimbangan
elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu mengonsentrasikan urine yang baik
yang tercermin dalam berat urine ( 1,004 ) dan osmolitas urine yang rendah.
Semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan.
Bayi
baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan,
serinmgkali hanya 30 hingga 60 ml, seharusnya tidak terdapat protein atau darah
dalam urine bayi baru lahir. Debris sel yang banyak dapat mengidentifikasi
adanya cedera atau iritasi di dalam sistem ginjal.
Fungsi ginjal belum sempurna karena :
a.
Jumlah
nefron masih belum sebanyak orang dewasa
b.
Ketidakseimbangan
luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal
c.
Renal
blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa
2.8 Ikterus Neonatorum Fisiologis
Ikterus sendiri sebenarnya adalah perubahan warna kuning
akibat deposisi bilirubin berlebihan pada jaringan; misalkan yang tersering
terlihat adalah pada kulit dan konjungtiva
mata.
Sedangkan definisi ikterus neonatorum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir dengan keadaan meningginya kadar bilirubun di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva,mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kucing.
Ikterus juga disebut sebagai keadaan hiperbilirubinemia (kadar bilirubin dalam darah lebih dari 12 mg/dl). Keadaan hiperbilirubinemia merupakan salah satu kegawatan pada BBL karena bilirubin bersifat toksik pada semua jaringan terutama otak yang menyebabkan penyakit kern icterus (ensefalopati bilirubin) yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh kembang bayi.
Sedangkan definisi ikterus neonatorum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir dengan keadaan meningginya kadar bilirubun di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva,mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kucing.
Ikterus juga disebut sebagai keadaan hiperbilirubinemia (kadar bilirubin dalam darah lebih dari 12 mg/dl). Keadaan hiperbilirubinemia merupakan salah satu kegawatan pada BBL karena bilirubin bersifat toksik pada semua jaringan terutama otak yang menyebabkan penyakit kern icterus (ensefalopati bilirubin) yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh kembang bayi.
Ikterus
neonatorum dibedakan menjadi 2,yaitu :
1. Neonatorum Fisiologis
Adalah
keadaan hiperbirirubin karena faktor fisiologis merupakan gejala normal dan
sering dialami bayi baru lahir.
Ikterus
ini terjadi atau timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari
ke-5 sampai dengan ke-6 dan akan menghilang pada hari ke-7 atau
ke-10. kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih daro 12 mg/dl
dan pada BBLR tidak lebih dari 10 mg/dl, dan akan menghilang pada hari ke-14.
Bayi tampak biasa, minum baik dan berat badan naik biasa.
Penyebab
ikterus neonatorum fisiologis diantaranya adalah organ hati yang belum “matang”
dalam memproses bilirubin, kurang protein Y dan Z dan enzim glukoronyl
tranferase yang belum cukup jumlahnya. Meskipun merupakan gejala fisiologis,
orang tua bayi harus tetap waspada karena keadaan fisiologis ini sewaktu-waktu
bisa berubah menjadi patologis terutama pada keadaan ikterus yang disebabkan
oleh karena penyakit atau infeksi.
2.
Ikterus Neonatorum Patologis
Adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor penyakit atau
infeksi. Ikterus neonatorum patologis ini ditandai dengan :
a. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan; serum
bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.
b. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg/dl atau lebih dalam 24 jam.
c. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR) dan12,5 mg% pada bayi cukup bulan.
d.Ikterus yang disertai proses hemolisis.
e. Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl/jam atau lebih 5 mg/dl/hari.
f. Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari (cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada BBLR.
b. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg/dl atau lebih dalam 24 jam.
c. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR) dan12,5 mg% pada bayi cukup bulan.
d.Ikterus yang disertai proses hemolisis.
e. Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl/jam atau lebih 5 mg/dl/hari.
f. Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari (cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada BBLR.
2.9 Perubahan Sistem Termogulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360C.Suhu normal pada neonatus adalah 36,5–37,0 Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh:
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.
b. Permukaan tubuh bayi yang relatife lebih luas.
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360C.Suhu normal pada neonatus adalah 36,5–37,0 Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh:
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.
b. Permukaan tubuh bayi yang relatife lebih luas.
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk
memproduksi dan menyimpan panas.
d. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6 – 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Gejala hipotermi :
d. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6 – 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Gejala hipotermi :
1. Sejalan
dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak
kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
2.
Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3. Timbul
sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,
tungkai dan lengan.
4. Muka
bayi berwarna merah terang
5.
Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan
berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru,
ikterus dan kematian.
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas
tubuh dari bayi baru lahir kelingkunganya.
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh benda di
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. (Pemindahan panas dari tubuh
bayi ke objek lain
melalui kontak
langsung). Contoh hilangnya pans tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang
bayi tanpa alas timbangan, tangan dpenolong yang dingin memegang bayi baru
lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b. Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang
bergerak (jumlah pans yang hilang tergantung pad kecepatan dan suhu udara).
Contoh hilanya panas tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan atau
menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir diruangan
yang terpasng kipas angin.
c. Radiasi
Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya
kelingkungan yang lebih dingin (Pemindahan panas anatar dua objek yang
mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara
radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam ruangan dengan Air onditioner (AC) tanpa di berikan
pemanas(Radiant Warmer), bayi baru
lahir dibiarkan keadaan telanjang, bayi baru lahir di tidurkan berdekatan
dengan ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok.
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada
kecepatan dan kelembababan udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan
menjadu uap). Evaporasi di pengaruhi oleh jumlah panas yang di pakai tingkat
kelembaban udara, aliran udar yang melewati apabila bayi baru lahir di biarkan
suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi,
radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (Perg BB), sedangkan yang di
bentuk hanya satu persepuluhnya.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir,
antar lain mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut
atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan
ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.
2.10
Sistem Metabolisme
Untuk memfungsikan otak
memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat
dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun
dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat
dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber
lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu
mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen
(glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen
yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama
di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
Bayi yang mengalami
hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan
cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika
semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan
berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur),
bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan
risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat
tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis, apneu,
tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa
gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang
meluas di seluruh di sel-sel otak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapatasi bayi baru
lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara
fisiologis.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Periode
adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau
lebih. Transisi yang
paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi,
sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Perubahan
fisiologis yang terjadi
pada bayi baru lahir meliputi : Perubahan sistim pernapasan / respirasi, Perubahan pada sistem peredaran
darah, Pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa,
Perubahan sistem gastrointestinal dan Sistem kekebalan tubuh/ imun.
3.2 Saran
1. Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan penerapan
yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik pada bayi baru lahir
sehingga dapat menetapkan diagnosis yang benar agar dapat dilakukan perawatan
yang lebih intensif jika ditemukan adanya masalah.
2. Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan perawatan
yang benar terkait dengan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta:
EGC
2.
Marimbi,H.(2010).Biologi Reproduksi.Yogyakarta:Nuha
medika.
3.
Dewi,L.Nanny
Vivian.(2010).Asuhan Neonatal Bayi dan
Bidan.Jakarta:Salemba Medika.
4.
Wulandari,F.Ayu.(2011).Biologi Reproduksi.Jakarta:Salemba
Medika.
5.
Tuker,M.Susan.(1997).Pemantauan Janin Edisi 2.Jakarta:EGC
6.
Dewi,S.N.(2012).Biologi Reproduksi.Yogyakarta:Pustaka Rihana.
7.
Sadler.T.W.(1996).Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke-3.Jakarta:EGC
8.
Sudarti,dkk.(2012).Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,dan Anak
Balita.Yogyakarta:Nuha Medika
1 opmerking:
AntwoordVee uit